Thursday 12 December 2013

Tentang Perempuan

*Nurdiani Latifah

Desember, kembali hujan. bukankah ini adalah waktunya untuk hujan? kenapa para manusia terus saja mengutuki langit ketika hujan turun? beberapa bulan belakangan bukankah manusia sangat menginginkan hujan? Lalu, kenapa saat hujan  turun manusia menangisinya?

Sudahlah!
Tak usah mengutuki kembali langit .
 Lihat saja iar yang jatuh, tidak pernah mengutuki langit walau mereka tengah bertengkar antara geledeg dan kilat. manusia, jenis makhluk apa selalu seperti itu?

Untuk mengisi blog ini saya sedikit kebingungan. Oh... Iya kemarin saya kebetulan menonton film Soekarno. Untuk kaum pergerakan, Soekarno sangat menjadi idola. baik pemikiran ataupun untuk oratosinya. tapi untuk saya pribadi, saya tidak sepakat dengan banyaknya wanita yang ada di samping Soekarno. 

ngomongin tentang perempuan, karena saya perempuan. berita tentang perempuan itu sangat menarik rupanya. Menyambung tentang film yang saya nonton kemarin. ada dua hal yang saya tanggap. Gerakan feminisme dan karakter perempuan.

mengenai dengan gerakan feminisme, biasanya kita sering mengenal gerakan 4 gerakan feminisme, yaitu : feminisme liberal, feminisme sosialis, feminisme radikal dan feminisme maxsis. tapi bagi saya gerakan feminisme hanya ada 3 yaitu feminisme sosial-humanis, feminisme tradisional dan feminisme radikal. berbeda dengan yang lain. ini menurut pengamatan saya untuk di Indonesia.

menyoroti tentang peran perempuan yang ada di film Soekarno, yaitu Inggit dan Fatmawati. keduanya membawa pesan tentang gerakan perempuan. dimana Ibu ingit mengambil aliran alisan sosial-humanis dan Ibu Fatmawati mengambil gerakan feminisme tradisional. Ibu dengan sifat keperempuanannya bisa mengambil sifat tangguh, membantu Soekarno dengan apa yang dia lakukan. bekerja meramu jamu dan lain sebagainya. Sementara Ibu Fatmawati, dia seseorang yang cerdas dan cantik. Setelah menikah dia hanya bekerja pada ruang-ruang domestik yang biasa perempuan lainnya lakukan.

keduanya memang tidak salah. sama-sama perempuan. hanya saja, dalam film tersebut Ibu Inggit lebih terlihat kuat dengan sifat perempuannya. hanya saja untuk Ibu Fatmawati sendiri, sedikit disayangkan hanya bekerja dalam ruang-ruang domestik.

hm... kayanya hanya sekian yang saya tulis. keburu nggak ada ide untuk menulis. ada yang masih gereget? monggo ditunggu komentarnya.

Salam

No comments:

Post a Comment