Antara
Seks dan Cinta
Nurdiani
Latifah
Banyak bagi manusia yang masih
mendewakan cinta saat ini. Ada yang masih ingat dengan rekayasa cinta dari Deni
Malik dan Kamelia Malik?
“Kalau cinta sudah direkayasa.
Banyak bocah disulapnya dewasa. Rindu sungguhan, rindu buatan susah di
bedakan,”
Atau juga karena cinta kita menjadi
buta? Terkadang yang terjadi hari ini, para wanita rela melakukan hubungan seks
atas nama cinta. Artinya dalam cinta mengandung istitilah seksuliatas dengan
secara umum yang memiliki makna yang luas.
Termasuk hasrat erotis, praktik dan identitas erotis. Bukan hanya terbatas dalam sex act, tetapi
mencakup juga perasaan. Sehingga dapat dikategorikan dalam seksual yaitu:
biologis, sosial, dan subjektif.
Cinta yang hadir hadir hari ini
sebenarnya sudah memperbudak wanita. Artinya perempuan memilih menghasratkan
perbudakan dimana bagi perempuan sebagai ekspresi dari kebebasan dirinya.
Perempuan menyakini bahwa pria akan mencintainya dengan cara yang sama atau
timbal balik.
Pada kalangan perguruan tinggi
sekali, mahasiswi sudah tidak perawan karena ulah mahasiswa yang inisiatif.
Tetapi, hal ini malah menjadi mahasiswi yang diobok-obok, sementara para
mahasiswa dengan dalih suka sama suka. Tentu saja hal ini moralnya diragukan,
tidak diteliti sejauh mana mereka bertanggung jawab.
Dari paparan sebelumnya, seksualitas
dapat diartikan sebagai hasrat, praktis dan identitas erotis. Dalam hal ini
ditarik bahwa seks laki-laki dirumuskan sebagai sesuatu yang secara alamiah dan
tidak ada beresnya. Sehingga hal ini yang mendorong laki-laki untuk menjadikan
mereka berkuasa. Bukan hanya itu, lelaki sering kali dengan ekspresi
kreatifitasnya sehingga dapat dikatakan penciptaan budaya. Hal inilah yang
mengkrontruksi bahwa pria adalah makhluk yang bersama dengan pikiran dan budaya.
Seks dalam wanita biasanya
dimitoskan sebagai sebagai seks yang pasif. Dimana perempuan tak lebih dari
sebuah objek dari hasrat lelaki. Bukan hanya itu, tubuh perempuan dipandang
sebagai sentral dalam peran refroduksi biologis spesies. Hal ini lebih dekat
dengan alam, sehingga perempuan lebih dikatakan sebagai tubuh dan alam.
Pada akhirnya wanita dijadikan
sebagai produk imajinasi dari laki-laki. Pada masyarakat sendiri pun perempuan
tidak lagi dibebaskan dari kebutuhan laki-laki. nafasu seksual dan hasrat untuk
melanjutkan keturunan. Sehingga laki-laki bergantung pada kepuasan yang
didapatinya dari perempuan.
Bahkan menurut Beauvoirm gagasan
mengenai feminisme adalah mitos yang deskrukti dan hal ini harus dimusnahkan.
Seperti mitos rasis dan anti-Semit terhadap orang kulit hitan dan Yahudi.
Sementara arti dari gender itu
sendiri adalah digunakan untuk menunjukan semua aspek pembedaan sosial dan kultural
antara laki-laki dan perempuan. Menekankan
pembentukan sosial menyangkut feminisme-maskulititas dan pemahaman bahwa tubuh
yang diseksualkan sendiri adalah socialy
constructed.
Banyak yang bilang, kebutuhan wanita
terhadap pria ataupun sebaliknya yang menyatakan bahwa “saling melengkapi” ini
ternyata hasil dari kontruksi sosial budaya yang mendukung bias ideologi
heteroseksual. Dalam hal ini genderlah yang menyatakan adanya perbedaan
kontruksi antara wanita dan pria.
Yang akhirnya seksualitas adalah
sebuah fenomena sosial yang sangat dipengaruhi dengan faktor gender. Sehingga
dalam kasus perkawinan, gender dan seksualitas sangat bersinggungan. Sehingga
menurut Jackson yang dinyatakan oleh Munti dibagi menjadi tiga. Yaitu:
1. Seksualitas
pada kontruksi patriarkal, mengupas relasi kuasa khususnya dominasi laki-laki
2. Konsentrasi
konstruksi dari hasrat seksual pada tahap subjektifitas individu
3. Menampilkan
variabilitas tentang hasrat seksualitas manusia.
Ada satu kasus dalam
pernikahan. Misalkan, wanita yang sudah
menikah dan melakukan hubungan seks untuk pertama kalinya jika vagina wanita
tidak mengeluarkan darah, maka perempuan tersebut akan disebut sudah tidak perawan
lagi. Bahkan, sampai menempuh perceraian hanya karena persoalan ini.
Ketika hubungan seksualitas di
lembagakan, justru kepentingan pemuasan hasrat individu disubordinasikan kepada
kepentingan masyarakat. Sejak itu pula, seksualitas perempuan diartikan sebagai
pelayanan seksualitas laki-laki yang diwajibkan. Bahkan peran wanita dan pria yang dibangun
dimasyarakat, wanita (istri) diberi peran domestik sebagai ibu rumah tangga dan
pria (suami) diberi tugas sebagai kepala rumah tangga.
Dengan adanya persoalan keperawanan
ini, menurut kaum feminis hal ini dipandang ingin mengembalikan perempuan pada
ruang-ruang dometifikasi perempuan, yaitu hanya berkutat pada permasalahan 3M :
memasak, melahirkan, dan merias diri. Selain itu juga, dianggap sebagai
pembunuhan terhadap pengembangan potensi bagi perempuan.
Bahkan kaum lelaki bisa berlindung
atas nama agama bisa menikahi wanita yang tidak lebih dari empat wanita.
Padahal hal ini, sama saja mensuboordinasikan wanita. Perkawinan dianggap
melegalkan hasrat-hasrat seksual dari laki-laki.
Sebenarnya isu keperawanan ini
dipandang sebagai permasalahan privat. Lalu kenapa harus menjadi permasalahan
publik? Jika ada permasalahan tentang seks dan pergaulan bebas, hal ini
seharusnya tidak didekatkan melalui aspek yang sangat privat.
Dalam ilmu kedokteran, kata perawan
atau tidak perawan ini tidak ada. Yang ada hanyalah selaput dara yang terdapat
pada vagina perempuan elastis atau tidak dan tebal atau tidak. selaput dara ini
adalah lapisan atau selaput tupis yang ada ada jalan masuk vagina. Tetapi, pada
perempuan, tidak semua perempuan terlahir memiliki selaput dara. Hal ini karena
pada dasarnya manusia dilahirkan pada kondisi fisik yang berbeda-beda.
Ada beberapa kondisi dimana
perempuan yang memiliki selaput darah yang tipis dan mudah robek ini akan
hilang, yaitu pada aktivitas seperti
berenang, naik sepeda atau sekalipun memanjat. Sehingga jauh sebelum menikah
selaput dara ini sudah tidak utuh. Jika yang dibutuhkan hanya selaput dara yang
bisa mengeluarkan darah, siapa saja bisa menjalani operasi keperawanan.
Sehingga perempuan bisa kembali menjadi perawan.
Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa
keperawanan hanyalah sebuah mitos dan konstruksi sosial yang diciptakan untuk
mengontrol selsualitas perempuan.
No comments:
Post a Comment